Untuk kamu. Pengisi entri pertamaku.
“Mencintai kamu
layaknya minum pil koplo, berbahaya akan tetapi candu yang membuat saya tetap
bertahan.”
Lelaki
itu bernama Gilang Ramadhan. Lelaki sederhana, tetapi punya sejuta pesona. Entah
apa yang membuat saya jatuh cinta padanya, mungkin saja tentang kesetiaan yang
terletak pada dirinya, kesabaran yang selalu tersedia didalam hatinya,
ketulusan yang terpancar dari matanya, serta aroma yang khas, membuat saya betah
berlama-lama untuk mengaguminya.
Ia mempunyai senyum manis yang selalu terukir dari bibirnya. Ia mempunyai sebuah genggaman tangan yang nyaman untuk dijadikan perantara saat tubuh kami tidak bisa saling merengkuh dengan nikmatnya, “takut kebablasan” pikir kami.
Ia mempunyai senyum manis yang selalu terukir dari bibirnya. Ia mempunyai sebuah genggaman tangan yang nyaman untuk dijadikan perantara saat tubuh kami tidak bisa saling merengkuh dengan nikmatnya, “takut kebablasan” pikir kami.
Kelas
2 saat Sekolah Dasar, kami bertemu. Ralat, kami belum saling bertemu,
hanya saja saya yang selalu memperhatikannya. Saya 2A, ia 2B, curi-curi pandang
ala pemain FTV sudah saya peragakan saat upacara bendera berlangsung. Mungil badannya, sawo matang
kulitnya, badannya tegap untuk ukuran bocah SD, hidung bangir, dan jago futsal
sempat ia menjadi perwakilan 02SN sekolah menambah nilai plus saya untuknya (saya masih kecil saja sudah jadi sok-sokan menjadi stalker).
Kelas
5 SD, keajaiban terjadi. Setelah sekian lama, perasaan ini yang tetap sama. Perasaan yang saya pendam dari zaman baheula, akhirnya
terbalas juga.
Lewat sepenggal kata yang disisipkan dalam kertas, menjadi kenangan paling indah di masa SD saya.. mungkin terlalu awal untuk kalian, para pembaca. Akan tetapi ketahuilah, ia yang paling membuat saya bahagia.
Lewat sepenggal kata yang disisipkan dalam kertas, menjadi kenangan paling indah di masa SD saya.. mungkin terlalu awal untuk kalian, para pembaca. Akan tetapi ketahuilah, ia yang paling membuat saya bahagia.
Sudah
terlupa bagaimana persisnya, tapi isi dari surat itu membuat saya tidak bisa
tidur setelahnya. Sebenarnya saya belum
mengerti cinta, tapi tahu bagaimana rasanya diajak melayang bersama, bersamaan
dengan munculnya kupu-kupu di perut saya saat bertemu dengannya. Indah sekali.
Dan hubungan kami, mulai berkembang dari teman menjadi teman dekat.
Dimulailah pada sebuah
fase, saat jari tangan kami dengan terampil menari diatas kertas yang warna-warni yang dibuat menjadi buntalan layaknya bola, kemudian dilempar diam-diam, atau istilahnya
estafet melalui teman-teman. Terimakasih untuk teman-teman SD saya yang tak terhitung jumlahnya. Terimakasih karena pernah
menjadi kurir surat cinta antara saya dengan Gilang.
Berbicara tentang lawan jenis, pasti diikuti
pikiran akan kencan..
Awal
kisah kencan saya dengannya, yaitu di bioskop 21. Kelas 5 SD menonton bioskop
genre horror dengan judul “Suster Keramas” , pemilihan judul yang sungguh
konyol, untung saja tertutupi oleh kenaifan kami ber-6. Terimakasih untuk
Hesti, Poppy, Agung, dan Dewi yang pernah mengajak saya untuk menonton bioskop
bersama…
Saya dan Gilang duduk
selisih 3 bangku kosong karena saat itu kami masih malu-malu kucing. Tidak ada
percakapan yang ada hanya keheningan, sempat melakukan beberapa kali eye-contact sewaktu melihat adegan yang tidak senonoh, lalu kami saling melirik sebab merasa satu
pikiran, akhirnya kami…..tersenyum kecil.
Hari-hari bahagia, tapi tidak selamanya bahagia..
Hari-hari bahagia, tapi tidak selamanya bahagia..
Selalu
ada kerikil dalam hubungan, untuk membuatnya menjadi lebih kokoh dalam
menjalankan.
Menjelang kenaikan
kelas 6, saya tergoda untuk meninggalkannya. Dengan beribu alasan lewat surat,
saya jelaskan kebohongan demi kebohongan agar bisa terlepas darinya. Kami lost contact, saya memiliki teman dekat
lelaki baru. Akan tetapi, saya selalu melihat pancaran mata dari Gilang, sebuah
harapan. Saya merasa jahat…
Waktu berjalan amat cepat,
Tidak
terasa SMP, kelas 8 tepatnya. Gilang
menghubungi saya! Sempat dekat, lalu ia menembak saya. Mumpung status saya
lajang, ya…saya pun meng-iya-kan ajakannya untuk berpacaran. Pacaran kami via
BBM, tidak pernah tatap muka, karena masih belum siap. Saat itu, kami berpacaran tanggal 29
Februari, belum genap sebulan saya sudah putus dengannya. Karena, ia memiliki
teman dekat perempuan yang baru (karma untuk saya?)
Dan kita pantas mendapatkan hal-hal yang baik, setelah semua kejadian yang menyakitkan telah kita lewati. |
Tetap
indah seperti dulu, perasaan cinta pertama masih selalu membekas, tapi dengan
pengungkapan yang berbeda. Tidak masalah bagi saya.
Dia indah..
Perhatian manisnya masih selalu membekas,
sikapnya yang selalu mengalah dalam menghadapi sikap kekanak-kanakan saya..
mencoba menuruti apa saja yang saya mau apabila masih dalam batas wajar,
ia rela mengirimi makanan ketika saya lapar,
selalu sedia untuk menawari pundak apabila saya lelah dengan semuanya.
Pribadi yang terbuka, sopan, rapih, harum, dan tabah.
Ia bukan kategori lelaki sholeh yang tiap harinya di mushalla, tetapi setidaknya ia tidak meninggalkan sholat 5 waktunya.
Ia indah..
Komentar
Posting Komentar