HAPPY TEACHER APPRECIATION WEEK!

Kamis, pukul 07.00 di bangku kayu , kami sudah siap dengan tumpukan buku penunjang, diiringi derap langkah kakinya yang pasti akan membawa perubahan bagi sang murid untuk berkembang. 

Buku catatan, buku tugas, buku bos, buku yang dibeli dari kopsis, minta ditunggu untuk dibuka. Ia sempurna..

Hari kamis bukanlah awal perkenalan saya dengannya. Tetapi, awal perkenalan saya dengannya sewaktu di salah satu kelas depan aula, jurusan IPA, dengan jumlah murid 40. Saya bukan murid istimewa. Saya duduk di bangku kedua.  Ia masuk kelas, ekspresi tidak tertarik atau malah terlihat enggan, karena pembawaannya berbeda, di IPA ia sangat tegas, sangar, terlihat enggan mengajar, atau biasa disebut angot-angotan .

“Telat 10 menit, sekalian saja tidak usah masuk kelas,”
“Tapi Bu, saya baru selesai sholat dzuhur.”
“Saya tidak menerima alasan apapun, ada bel setengah satu. Ya berarti itu tandanya masuk”
           
Tidak pengertian, itu yang saya tangkap dari dirinya. Alasan se-logis itupun tidak bisa ia terima, sungguh menjengkelkan. Sholat adalah kewajiban, belum lagi ambil wudhu yang mesti bergantian, perlu waktu lebih dari 5 menit, untuk menyelesaikan.

Cara pengajarannya, selalu saja marah-marah, pertanyaan yang ia lontarkan secara tiba-tiba selalu berhasil membuat saya duduk dengan gelisah, keringat bercucuran dari balik kerudung saya, bukan karena kelas ini panas. Akan tetapi otak saya tidak mumpuni untuk menjawab pertanyaannya. Belum adaptasi, kalau kata orangtua.

            “Siapa yang tahu bapak ekonomi?” pertanyaan meluncur dari bibirnya yang tebal.
Tidak ada yang menjawab, saya tidak tahu apakah mereka tahu akan jawabannya tetapi rasa takut yang membuat lidah mereka kelu atau memang mereka seperti saya. Tidak tahu sama sekali.

            “Anak IPA, masa tidak tau?”

Nadanya meremehkan kami seisi kelas. Satu hari dengan cuaca panas, ditambah hati yang dongkol akan ulahnya, saya dengan tekad yang bulat mulai mendeklarasikan, bahwa ia guru paling menyebalkan untuk tahun itu, dan berharap ia digantikan.

            Itulah awal perkenalan saya dengannya, seminggu setelahnya saya memutuskan untuk pindah jurusan. Penyebabnya bukan karena ia, tetapi saya tidak tahan dengan pelajaran di jurusan IPA. Bayangkan bagaimana otak saya akan bekerja, apabila dijejalkan berbagai rumus, latihan soal, sampai ulangan harian dalam seminggu, dijejalkan buah tangan oleh guru di setiap bidang studi yang berbeda, bergelut dengan angka. Itu yang paling tidak saya suka.

            Dan disinilah saya,duduk di bangku paling belakang kelas jurusan IPS sesuai minat saya. I will make a splash. Kata hati saya begitu..

Hari Kamis….
Dan yang datang adalah..
Ia..
Tetapi nampaknya ada yang berbeda?

Air muka yang dipancarkannya, amatlah berbeda dari seminggu yang lalu. Di kelas ini, ia menebar senyum ramah, serpihan kelucuan, hingga aksi ceplas-ceplos adalah ciri khas dari pribadinya yang hingga saat ini masih membekas di hati saya. Salah satu ritual wajib yang ia lakukan sebelum memulai pembelajaran adalah membuat peta konsep singkat tentang isi materi. Ia pribadi yang menyenangkan..

Kebencian saya menguap, bersama dengan datangnya rasa senang yang meledak-ledak. Memang benar, ungkapan tak kenal maka tak sayang berlaku dalam hidup saya. Kini, hari Kamis menjadi hari dimana otak saya loading dengan cepat, minat dalam mendengarkan pemaparan bertambah, buku catatan penuh dengan tulisan berkualitas, serta coretan stabilo warna-warni mengisi tiap lembaran referensi.

Saya mulai belajar aktif di kelas, bertolak dari pengalaman di kelas IPA yang bisa dibilang saya pasif, menjadikan saya pribadi yang lebih berani mengutarakan pendapat, karena saya tidak mau dianggap sepele. Dan salah satu penyebab saya percaya diri, adalah karenanya. Beliau adalah seorang yang percaya diri, berani berkata tentang kebenaran walau pahit, to the point, penasihat para remaja yang labil seperti kami, pendongeng yang baik (ia punya sejuta curhatan, yang kadang konyol, sedih, dan mengharukan) Hidupnya membawa inspirasi layaknya warna bagi setiap orang.

Ia pemateri yang handal, ia rela berbicara hingga berbusa, agar kami paham betul akan materi yang disampaikan. Guru senior yang merakyat, serta punya sejuta pesona yang selalu membuat iri matahari walau sinarnya pasti berbeda.

Hampir setahun, kami diajar olehnya. Tidak terasa kami akan naik kelas, dan berita sedih yang saya dengar adalah, “Ibu H-34 akan pensiun.”

Kami bertanya-tanya mengapa harus pensiun? Tidak bisakah ditunda? Sekolah masih membutuhkan tenaga pengajar sebaik dirinya.. lagi-lagi ia menjawab dengan segala kerendahan hati bahwa prosedurnya sudah seperti itu. Kami sedih.. tetapi tetap saja saya yang paling sedih.

Bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang amat berharga?
Bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan harta?

Kebersamaan tidak bisa dibeli dengan uang, dan dengan kebersamaan pun kita memperoleh kenangan yang tidak akan mungkin terlupakan.

Saya memutuskan, sejak ia berkata bahwa ia akan pensiun. Saya akan menjadi murid yang tidak akan ia lupakan. Saya berikan ia sebuah sesuatu sederhana, dan berharap agar pemberian saya menjadi wakil dari segala kenangan yang tidak bisa diputar ulang.

Saya tuliskan ia sebuah surat, tentang keluhan yang diiringi oleh pujian, curahan hati yang tidak tersampaikan, tak luput saya tuliskan.

2 hari setelah pemberian hadiah,..

Hari Kamis, pukul 07.30, ia masuk kelas, mengucapkan terimakasih atas hadiah yang diberikan,
Teman-teman saya menoleh keheranan, apa yang mereka beli untuknya?
Dan saya tersenyum kecil, lalu saya berkata “sama-sama” dalam hati.

Hari Sabtu, kami berpapasan. Saya sedang berlari-lari kecil dari kejaran kawan, dan tanpa sengaja tubuh saya hampir menabraknya. Ucapan maaf spontan saya lontarkan dengan sejurus cengiran kuda, tanpa disangka ia berkata terimakasih, sekali lagi secara personal. Bahagia…
Bahagia ketika hadiah saya dihargai
Bahagia ketika ia menjabat tangan saya dan membisikkan,

“Kalau Ibu sudah tidak ada di sekolah ini, kamu harus tetap belajar yang rajin ya.”

Oh Ibu, demi Tuhan, air mata seakan ingin menjebol tanggul pertahanan yang sedari dulu saya tahan. Kelopak mata saya panas, dan cepat-cepat saya seka dengan satu tarikan ingus, dengan alibi sedang flu.

Tatapan matanya menyejukkan..


Saya hanya tersenyum samar, sulit untuk berkata-kata sehingga saya memilih untuk tidak berkomentar, kemudian ia tersenyum, lalu berjalan melenggang pergi dari hadapan saya menuju kelas yang sudah ditunggu untuk ditunaikan kewajibannya.


Ia yang sulit tergantikan.
Sebab sudah terbiasa dengan kehadirannya.
Meja kayu dekat pintu
Yang tertinggal hanya fatamorganamu
Bisakah waktu diperlambat?
Untuk menggantikan kesia-siaan yang sempat terlewat..



HAPPY TEACHER APPRECIATION WEEK !



Komentar

  1. Wahhh mengharukann. Saya baru tahuu..

    BalasHapus
  2. Wahhh mengharukann. Saya baru tahuu..

    BalasHapus
  3. Halo Laras,

    Saya sulit menemukan surel kamu jadi saya mencoba menghubungi kamu lewat kolom komentar ini.
    Saya Soraya dari http://serumah.com.
    Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat gencar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar/roommate agar orang-orang yang ingin menyewa rumah dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan pada awal tahun 2016.

    Saat ini saya membutuhkan bantuan anda untuk menuliskan artikel review mengenai serumah.com di situs blog anda. Kami sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkannya di blog anda.

    Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.

    Soraya F.
    Cataga Ltd.
    soraya.serumah@gmail.com
    http://serumah.com/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer