Biarkan Aku Tenggelam dalam Segitiga-mu
Pada pertukaran rasa yang tak seimbang,
aku menaruh bimbang. Ketika meneruskan hanyalah berarti menambah perih pada
luka lainnya, dan berhenti juga tak menyembuhkan apa-apa. Menaruh harap pada
waktu yang akan menjawab, mungkin saja percuma; sebab hatimu bukan aku yang
kamu mau. Sedangkan aku hanya tamu yang diundang pada sedikit kesempatan saja.
Belum genap memiliki, tapi hati ini seperti dipaksa berhenti mencintai. Harapan sudah mencapai menara tertinggi, tapi terjatuh karena tahu bukan aku yang kamu mau. Kornea seperti tercelik pada realita. Tadinya pinta bergegas menyapa pencipta agar lekas menyatukan kita. Tapi doa-doa itu menabrak dinding negeri utopia, menyadarkanku bahwa seharusnya angan-angan berhenti di sini saja agar tak menyakiti siapa-siapa. Andai pertemuan kita tak berbentur pada garis segitiga yang menyatukan aku, kamu, lalu dia pada sudut-sudutnya.
Iya, dia yang kelak akan lebih memperjuangkanmu dibanding aku.
Pada sebuah tragedi datangnya sebuah
rasa, aku memupuk asa, Seakan tidak peduli, bahwa bagian kosong di hatimu tidak
bisa aku tempati. Juga tak ingin ambil pusing dengan kenyataan yang
mengharuskan kita berada pada jalannya masing-masing. Mungkin sebenarnya ada
garis tak kasat mata yang menghalangi agar aku tidak melangkah lebih jauh lagi.
Namun aku memilih untuk berpura-pura tidak menyadari keberadaannya.
Rasa yang dapat mematahkan logika. Hati tidak pernah memilih kepada siapa ia diambil alih, yang aku tahu aku jatuh cinta padamu, hingga nanti.
Pada sebuah keramaian dan kamu menjadi pusat perhatian sedang aku hanya duduk di pojokan, menyaksikanmu dari belakang.
Bukan salah hati, jika sedikit cinta
mampu mengundang rindu setengah mati. Bukan pula salah hati, jika sedikit cinta
kelak menjadi alasan ada rasa yang tersakiti. Nyatanya, cinta memang Tuhan
ciptakan dengan mata yang buta arah. Bisa menuju siapapun, bisa terjatuh di
manapun.
Sebenarnya
aku sudah lelah menjatuhkan cinta pada hati yang salah.
Aku juga ingin rasa berbalas, bukan terus menerus berbatas. Harus meminta seperti apa lagi, agar hatiku yang masih kutitipkan padamu, bersedia pulang kembali? Karena setiap kubiarkan perasaan-perasaan ini tinggal, aku takut lukaku semakin kekal.
Aku juga ingin rasa berbalas, bukan terus menerus berbatas. Harus meminta seperti apa lagi, agar hatiku yang masih kutitipkan padamu, bersedia pulang kembali? Karena setiap kubiarkan perasaan-perasaan ini tinggal, aku takut lukaku semakin kekal.
Padahal bukannya tak kucoba mendayung perahu untuk keluar dari zona segitigamu, tapi setiap gerikmu merangkul rasaku untuk tetap disitu. Posisiku selalu serba salah. Di sisi diri, aku tak ingin kau dirangkul oleh orang yang salah. Karena hati ini bisa membahagiakanmu dengan berlipat kali dari yang ia beri. Tapi disisi hati, aku akan menjadi sangat salah jika berulah dengan memaksakanmu untuk juga mencintaiku.
Tak mungkin menumpukkan luka dengan sesuka demi kebahagiaanku semata. Pada akhirnya, aku akan meminum racun air mataku sendiri karena tak berdaya meraih kamu berada disisi.
Sewujud cinta tak pernah tahu dengan
pasti dimana ia semestinya berada. Karena bukankah ia tumbuh begitu saja?
Kemanakah ia harus melangkah? Ketika untuk menetap ialah tidak mungkin, pun
untuk meninggalkan hanyalah sebuah langkah yang begitu berat.
Begitu
banyak pertanyaan terjun bebas ke kepalaku tanpa jawaban yang sejatinya aku tidak
tahu.
Duh, biarkan perasaan ini perlahan mengikuti aliran tanpa terlihat sebagai kesalahan karena menurutku ini bagian dari pelajaran dalam perjalanan. Pada siapapun ia takkan mungkin menurut, sampai waktu yang tepat membiarkan ia menyurut. Meski hati begitu mengingini, tapi aku tahu batas-batas yang tak bisa dipanjati. Entah siapa yang akan menggesermu dari segala ketetapan-ketatapan perasaan, tapi aku hanya bisa menyerahkannya dan duduk memangku dalam kesenduan yang tak terbatas
Duh, biarkan perasaan ini perlahan mengikuti aliran tanpa terlihat sebagai kesalahan karena menurutku ini bagian dari pelajaran dalam perjalanan. Pada siapapun ia takkan mungkin menurut, sampai waktu yang tepat membiarkan ia menyurut. Meski hati begitu mengingini, tapi aku tahu batas-batas yang tak bisa dipanjati. Entah siapa yang akan menggesermu dari segala ketetapan-ketatapan perasaan, tapi aku hanya bisa menyerahkannya dan duduk memangku dalam kesenduan yang tak terbatas
Aku
sedang menunggu saat yang tepat untuk keluar dari segitigamu, lalu silahkan
buatlah garis lurus agar dua sudut bersatu.
Ya garis penemu untuk dia dan kamu. Bahagialah dengan kebahagiaanmu
yang serba tanpa aku.
Tersenyumlah selalu meski senyummu lahir dari balik
harapan-harapan lamaku.
mantap
BalasHapusmantap
BalasHapusMantap gan
BalasHapusBacanya jadi baper...
BalasHapusLanjutkan ya...
Bacanya jadi baper...
BalasHapusLanjutkan ya...
Mntep nih kunbal ya www.dietcepat.ga
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskeren :D
BalasHapusBukan segitiga bermuda kah??
BalasHapusceritanya bikin orang baper aja nih.... bagus tulisannya
BalasHapusNice !
BalasHapusSalah satu Penulis Masa Depan !
Masih banyak kekasih yang lebih setia
BalasHapusmasih banyak hal-hal yang menarik untuk dikerjakan dari pada mikirin cinta. mungkin dengan menulis blog ini adalah salah satu hal yang menarik yang bisa membuatmu tenang, tetap semangat menulislah terus. hehe..
BalasHapushaha baper :v
BalasHapusKeren Jdi Baper ane :v
BalasHapusUntuk pertama kalinya gw baca post orang sampai nangis
BalasHapustinggalkan hal yang membuatmu sakit, karena masih ada hal lain yang bisa membuatmu bahagia
BalasHapusBahasanya mantep
BalasHapuscocok dahh. bisa jadi penulis novel ini..
BalasHapusNicr
BalasHapusBahasanya buat saya terasa tergugah
BalasHapusKelihatannya yang bikin blog sering baca novel-novel roman. Pilihan bahasa, kata, dan struktur kalimatnya mantab.
BalasHapusAWESOME
BalasHapusAWESOME
BalasHapusRequest dong cerita khusus untuk diberi sama cewek :D
BalasHapus