A few years ago....

Jatuh cinta terbaikku, kamulah tokoh utamanya.



Perkenalan kita begitu klasik. Di kedai pojok kota. Kamu menyapa, suka, dan menyatakannya. Ya, hanya begitu saja. Hanya begitu saja, sampai akhirnya ada perasaan yang lain sedang singgah dan berdiam cukup lama.

Cintakah?

Lalu jika ini cinta, bisakah kamu jelaskan pada bagian mana kamu mampu membuatku begitu jatuh kemudian menjadi sangat cinta?

Kemudian kamu menjadi semakin manis. Kamu, lelaki paling menawan yang menyulap segala rasa serba sederhana ini menjadi begitu dalam dan merekah indah. Kamu memperlakukanku demikian baiknya, mencintaiku dengan demikian cintanya, menatapku dengan demikian dalamnya, hingga aku tidak menemukan celah untuk membencimu satu detik pun. Tidak sekalipun.

Kamu tidak mengumbar foto-foto kebersamaan kita di media sosial. Kamu bilang, mengapa orang lain harus tahu kalau kita sedang membangun sebuah kisah bernama cinta? Lantas, kamu mengatakan padaku bahwa mencintaiku tidak harus dengan mengumumkan pada banyak orang. Cukup aku yang tahu, kamu sudah merasa sangat tenang. Dan aku, tenggelam dalam segala hal tentangmu. Ah, mengapa kamu begitu? Mengapa kamu bisa demikian manisnya bersamaku?


Tentang bagaimana aku pernah marah padamu dengan alasan yang tidak bisa kudefinisikan, kamu hanya diam menatapku. Menjelaskan dengan sabarnya mengapa kamu begitu. Aku marah, tak mendengarkanmu. Tak bisa kukendalikan bagaimana meledaknya emosi ini karenamu. Tapi kamu dengan sepenuh tenang mendengarkanku, meski dengan rahang mengeras karena gemas mengapa aku tidak bisa mempercayaimu. 

Dengan wajahmu yang teduh, kamu memaksakan seulas senyum itu. Hatimu hancur, aku tahu. Kamu tertekan karenaku. Padahal, caramu mencintaiku nyaris tanpa cela. Kamu lebih dari definisi baik, lebih dari definisi apapun untuk menggambarkan bagaimana lembutnya sikapmu memperlakukan perempuan. Aku menangis, menyadari satu hal yang salah. Seharusnya aku tidak marah dan melontarkan emosi yang meledak-ledak itu pada lelaki sepertimu.

Kupandang wajahmu yang masih lekat menatapku. Kamu tersenyum, aku juga. Kemudian kita saling melempar senyum, kamu mengusap air mataku dan tersenyum menenangkanku. Kita saling mengatakan maaf, kemudian tertawa bersama. Melupakan amarah-amarah yang meronta dan berjalan bersisian di dalam pelukan senja. 

Waktu itu, tahukah kamu? Cintaku perlahan-lahan tumbuh. Lagi, dan terus tumbuh lagi. Cintaku merumpun, membentuk satu inisial namamu. Ya, aku dibuat jatuh cinta olehmu. Sekali lagi, dan berulang kali.


Kupikir karena kita begitu cinta pada satu sama lain, hubungan ini akan tetap seperti biasa. Baik-baik saja tanpa masalah. Kemudian suatu hari, aku tahu. Kita harus berpisah,


Ya, pada akhirnya kita berpisah. Kamu yang tiap harinya tak pernah lupa mengirim pesan singkat, tiba-tiba hilang. Tidak ada lagi pesan-pesan manis tentang bagaimana kamu mencintaiku, apakah aku merindukanmu, atau kapan kita akan keluar bersama menikmati seporsi senja dengan rangkaian canda. Kamu menghilang dan memutuskan semua hubungan. Tak lagi menyapaku, tak lagi menanyakan kabarku, tak lagi menggenggam tanganku, tak lagi menggodaku dan mengatakan bahwa kamu mencintaiku. 

Lalu pada suatu hari, aku berhenti.

Aku berhenti dalam ketidakrelaan. Menyerah terhadapmu. Berhenti mengharapkan barangkali kamu lelah kemudian kembali. Berhenti mengharapkan apakah suatu hari kamu akan pulang ke rumah yang pernah kamu sebut itu aku.

Nyatanya, melupakanmu bukanlah hal yang kupikir bisa semudah itu. Karena kenyataan tentang aku mencintaimu, masih menjadi alasan mengapa sampai saat ini aku tidak berpikir bisa menemukan lelaki sepertimu.  


Komentar

  1. cinta emang sangat rumit.. karena melupakan merupakan hal terberat min ..setuju aku :')

    BalasHapus
  2. kok gw jadi baper ya bacanya

    BalasHapus
  3. baper nih :v membaca ceritanya :D

    BalasHapus
  4. bahasanya itu loh kayak di novel novel aja .

    BalasHapus
  5. melupakan itu memang hal yang paling sulit, mengingat orang yang harus kita lupakan adalah orang yang pernah mengisi hidup kita.

    BalasHapus
  6. Bahasa keren gan top lah

    BalasHapus
  7. Cinta memang merepotkan :D

    BalasHapus
  8. ini beneran tulisan kamu min? hebat bgt deh udh kayak di novel2

    BalasHapus
  9. Wah bagus nih Mbak. Kalau dikembangin lagi jadi cerita yang agak panjangan sepertinya mantep lho :)

    BalasHapus
  10. yang nulis sapa nih, kamu sendiri ? :d

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer