J A R A K

"Aku ingin berdua denganmu, diantara daun gugur"


Sebait lirik dari salah satu band ternama ini benar-benar membuat hatiku tiba-tiba menjadi sendu. Derasnya hujan yang turun malam ini mengingatkanku padamu, seseorang yang tengah berada sangat jauh dari pandanganku, yang bahkan aku sendiri tak tau bagaimana keadaanmu dan sedang apakah dirimu.


Kamu yang selama beberapa tahun belakangan menjadi satu-satunya orang yang bisa membuatku tertawa dan menangis dalam waktu yang bersamaan.
Rindu yang kurasakan kali ini berbeda. Berbeda karena aku tak bisa lantas mengambil ponselku dan mengirim pesan padamu seperti biasanya. Atau langsung melakukan panggilan untuk sekedar mendengarkan suaramu, apalagi bervideo call ria untuk bisa melihat senyum di wajahmu. Sungguh, membuatku ingin meneteskan air mata.


Menjalani hubungan yang terpisahkan oleh bentangan samudera yang luas sudah cukup melelahkan pastinya. Tak bisa bertemu walau hati sedang benar-benar merindu. Tak bisa menghabiskan waktu bersama kala hari libur tiba. Tak bisa melakukan semua hal seperti pasangan kekasih pada umumnya. Apalagi sekarang harus rela untuk tidak berkomunikasi karena keterbatasan sarana. Bukan untuk sehari, seminggu, ataupun sebulan, tapi untuk beberapa bulan lamanya.


Aku tak pernah sesabar ini dalam menanti. Tapi entah mengapa seolah sabarku tak berbatas saat ini. Kamu membuatku merubah pemikiranku mengenai penantian. Ternyata menunggu itu tak selamanya menjadi hal yang membosankan. Nyatanya, menunggumu pulang adalah hal yang paling menyenangkan.

Akan tetapi, semua lenyap..


Sejak kau memilih untuk menghargai perasaan saudaramu, dibanding aku.


Kini ku lalui dengan merinduimu dalam hari-hariku. Menyambut mentari pagi tanpa sapaan selamat pagi, mengakhiri malam bertemankan pesan-pesan suara yang kau kirimkan dulu, menghabiskan waktu dengan memandangi fotomu yang tak pernah bosan kulihat berulang-ulang, dan kemudian berakhir dengan menemuimu dalam setiap mimpi-mimpiku.


Sewaktu, teman Pangandaran menyampaikan kabarmu, aku hanya bisa menikmati setiap jalinan cerita yang kawanmu sampaikan. Aku tak sampai hati, mendengarnya lagi karena jarak sudah tercipta diantara kita.  Kutitipkan salam padamu, hingga kuputuskan pergi dalam diam, sebab aku yang sudah terbiasa melihatmu melalui perantara, tak sanggup lagi memandangmu untuk bersitatap muka dalam nyata.


Aku tak akan menyalahkan keadaan. Aku tak akan menyalahkan waktu. Aku tak akan menyalahkan jarak. Sebab mereka telah memberikan warna tersendiri dalam hidupku.
Karena sebenarnya keadaanlah yang membuatku bisa mengenalmu. Waktu yang bisa membuatku lebih terasa dekat denganmu. Dan jarak, membuatku merasakan indahnya merindukanmu. Bagaimana mungkin kita bisa menyalahkan hujan, kalau setelahnya ia memberikan kita indahnya pelangi. Seperti aku yang selalu meyakini bahwa setelah ini akan ada kebahagiaan yang telah menanti.


Aku suka langit. Aku suka laut. Aku suka angin. Karena mereka adalah bukti bahwa kita masih di bumi yang sama.. Dan lewat merekalah aku selalu menyampaikan rinduku padamu yang jauh di sana..

Jarak tak lantas membuatku menghabiskan hari-hari hanya untuk meratapi rindu. Seperti itu hanya akan membuatku merasa waktu semakin lambat berlalu. Aku lebih memilih menanti sunset sambil menikmati desiran ombak di tepi pantai. Jenuh, tapi akan terbayar dengan cantiknya langit jingga saat sang surya akan bersembunyi di peraduannya. Sama seperti menantimu, yang kulakukan sembari menikmati rindu.

Selamat bertugas untukmu. Semoga kau diberi kesehatan selalu. Ingatlah ada aku yang akan selalu menanti kepulanganmu.


Walau aku tahu, ku bukan tempat berlabuhmu..








Komentar

  1. Aku bacanya haru sedih, senang, atau gimana? Hhi

    BalasHapus
  2. Keren gan ceritanya semnagat buat nulis lagi gan !!

    BalasHapus
  3. Cerita pendek penuh makna.

    BalasHapus
  4. wiiih payung teduh gan hehehe

    BalasHapus
  5. Kren2. Ditunggu tulisannnya lagi hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer